We’ve updated our Terms of Use to reflect our new entity name and address. You can review the changes here.
We’ve updated our Terms of Use. You can review the changes here.

Alkisah

by Senyawa

/
  • Streaming + Download

    Includes unlimited streaming via the free Bandcamp app, plus high-quality download in MP3, FLAC and more.
    Purchasable with gift card

      $7 USD  or more

     

  • Limited Edition Hand-Inscribed Dagger

    Limited edition of 10 daggers, with Senyawa inscribed on the blade, and Alkisah inscribed in Arabic on the sheath.

    Sold Out

  • Limited Edition Cassette in Handmade Leather Scroll and Sacred Sticker
    Cassette + Digital Album

    Limited edition of 30 cassette tapes wrapped in handmade white leather scrolls with a protective talisman, and a sacred sticker to ward off the evil eye.

    Includes unlimited streaming of Alkisah via the free Bandcamp app, plus high-quality download in MP3, FLAC and more.

    Sold Out

1.
Kekuasaan 00:40
KEKUASAAN Apa arti kuasa bila akhir sudah di ujung mata?
2.
Alkisah I 09:07
ALKISAH I Alkisah suatu negeri Porak-poranda dilanda api Terguncang-guncang ia oleh tanah tempatnya berdiri Tanahnya subur tapi hangus Pohonnya banyak tapi tandus Airnya mengalir hulu ke hilir Yang haus pun banyak, tak habis pikir Kiri kanan selatan utara Semua bilang, “negeri itu alangkah kayanya!” “Alangkah sayangnya!” Alkisah suatu negeri Tercerai berai dimangsa dengki Tergonjang-ganjing ia oleh congkak, tamaknya sendiri Rajanya hilang entah kemana Rakyatnya bimbang hilang percaya Oh, saling ribut saling berebut Saling sikut tak ada takut Satu salah satu marah Satu kalah satu berulah “woy, macam betul semua kalian tu. Sudah, sudahah!” “Alangkah sayangnya!”
3.
Menuju Muara 03:07
MENUJU MUARA Bergegaslah menuju muara Tanah basah yang kaya udara Meski selamat pada akhirnya Selain kita akan musnah tak berdaya Menjadi debu, arang, hanyut, terlupakan Menjadi legenda yang lambat laun juga akan punah, hilang terkubur zaman Bergegaslah menuju muara Tanah basah yang kaya udara Di sanalah kita beristirahat Membesarkan anak-anak muda Merawat pahlawan yang terluka Menjaga mata air, menanam akar Menggali parit, menjaring garam Menggambar sejarah, melagukan kehilangan Menyucikan sumpah, memberkati ampunan Bergegaslah menuju muara
4.
Istana 06:58 video
ISTANA Mereka bersembunyi begitu jauh setinggi awan Kokoh terbentengi Di sekelilingnya pagar-pagar bertebaran, kepala-kepala manusia-manusia tak bersalah Berserakan nama-nama pejuang Pejuang-pejuang yang dilupakan Di tengah-tengahnya kolam hitam Pekat akan sisa-sisa bangkai perang dan pertikaian Berceceran bekas darah Darah-darah manusia tak bernama Berguguran harapan-harapan Masa depan yang terarah
5.
Kabau 05:43
KABAU Anak nelayan mambaok cangkua Mananam ubi di tanah darek Baban sakoyan dapek dipikua Budi saketek taraso barek Anak ikan dimakan ikan Gadang ditabek anak tenggiri Ameh bukan perak pun bukan Budi saketek rang haragoi Anjalai tumbuah di munggu Sugi-sugi di rumpun padi Supayo pandai rajin baguru Supayo tinggi naikkan budi Alu tataruang patah tigo Samuik tapijak indak mati Tarandam-randam indak basah Tarapuang-apuang indak hanyuik Anyuik labu dek manyauak Hilang kabau dek kubalo Anguak anggak geleng amuah Unjuak nan tidak babarikan
6.
Fasih 03:57
FASIH Fasih berteriak: “fasis yang baik adalah fasis yang mati” Tapi menghujat apa-apa yang berbeda paham dari yang kau ikuti Fasih berteriak: “fasis yang baik adalah fasis yang mati” Tapi memaksa apa-apa harus patuhi satu kebenaran yakni yang kau yakini Fasih berteriak: “fasis yang baik adalah fasis yang mati” Tapi membungkam, memaki apapun gagasan yang tak sanggup kau mengerti Fasih berteriak: “fasis yang baik adalah fasis yang mati” Tapi apa-apa harus anut satu arti Fasih berteriak: “fasis yang baik adalah fasis yang mati” Tapi apa-apa harus dibatasi termasuk imajinasi Fasih berteriak: “fasis yang baik adalah fasis yang mati” Tapi meremehkan mereka yang berani memilih cara, jalan sendiri Fasih tak menjadikanmu tak fasis Fasih tak menjadikanmu tak layak ma
7.
Alkisah II 06:35
ALKISAH II Alkisah suatu negeri Berbagi dunia dengan kita kini Satu sama lain menyahut “saudaraku” Satu sama lain menyebut “dosamu, masa lalu” Tanah kering menjadi hijau merdu Berpupuk kasih dan sabar akan waktu Menjelma duka dan amarah menjadi petuah Menulari mereka yang terjangkit luka yang sama Orang-orang tua dilindungi Ilmu, riwayat, dan segala warisannya Anak-anak muda diberkati Nurani, badan, akal, segala tindakannya Menghormati hujan dan matahari Memberi arti tiap nyawa tanpa kecuali Alkisah, seindah itu suatu negeri Berbeda meski berbagi dunia dengan kita kini Meski negeri itu sudah tak ada lagi Dibantai tamak dibakar benci Terusir hina dari tanahnya sendiri Oleh segala kerendahan hati Yang ditafsirkan berarti kelemahan diri Karena meremehkan mereka Yang tak peduli akan hujan dan matahari
8.
Kiamat 01:21
KIAMAT “Kiamat sudah dekat!”

about

Record labels unite to tell Senyawa’s story Alkisah which guides us to navigate the near future before the end of time (Kiamat). Senyawa’s Alkisah tells a tale that repeated itself since the dawn of humankind; this time will be the last. A group of people, realizing the end is near, rush towards the estuary to build a better civilization to survive the apocalypse. But the same people, now rulers become worse than the tyrants they fled from. A revolution erupts against the rulers who are eloquent in preaching about creating a better world but who have created a worse one instead. The people finally speak their mind and rise up to kill their rulers. Then the people regret, realizing the vastness of the destructions they have caused by their greed and hatred towards each other, and that it is now all too late. The doomsday is upon them.

“Indonesian experimental duo Senyawa creates some of the most exciting experimental music anywhere on the planet, pairing the extreme vocal techniques of Rully Shabara with the intense virtuosity of Wukir Suryardi on his unique instrument and namesake, the bambu wukir [bamboo spear]. While Shabara originally hails from the island of Sulawesi and Wukir from Malang in East Java, the group formed in the cultural and artistic center of Jogjakarta, where the two fused hardcore metal, traditional folk culture, and free improvisation into a powerful sound that somehow echoes (and distorts) the gritty populist spectacle of Javanese village ritual, the confrontational intensity of punk, and the edginess of avant-garde performance.”

- BOMB -

In a revolutionary decentralization approach, the album is co-released by a multitude of independent record labels from all over the globe; each with different design and packaging, and multiple remix/reinterpretations by various artists.

Accompanying Senyawa’s Alkisah on tape is a leather scroll with a protective talisman, and a sacred sticker to ward off the evil eye, and a dagger infused with ambiguous power. “What is the meaning of power when the end is at hand?”

credits

released February 21, 2021

Wukir Suryadi: Handmade custom instruments
Rully Shabara: Lyrics, Vocals

Recorded and Mixed by Iwan Karak
at Eloprogo, Central Java
September 2020

Mastered by Cordey Lopez

Soundcape of Eloprogo recorded by tesaran

Minang Proverbs in “Kabau” compiled by Taufik Adam

DBL 2 CT

license

tags

about

Drowned By Locals Amman, Jordan

الصَوْت الخام غَيْر المُعالج للبَرَابِرَة قُطّاع الطُرُق والمُهَمَّشين والمُتَشَرِّدين والهَمَج، إلّا أن قُلُوبُهُم رَقِيقَة

𝙑𝙤𝙞𝙘𝙚 𝙖𝙣𝙙 𝙛𝙖𝙘𝙚 𝙩𝙤 𝙩𝙝𝙚 𝙢𝙖𝙧𝙜𝙞𝙣𝙖𝙡𝙞𝙨𝙚𝙙 𝙗𝙧𝙪𝙩𝙚𝙨, 𝙢𝙞𝙨𝙛𝙞𝙩𝙨, 𝙨𝙖𝙫𝙖𝙜𝙚𝙨 𝙗𝙪𝙩 𝙩𝙝𝙚 𝙙𝙚𝙡𝙞𝙘𝙖𝙩𝙚 𝙖𝙩 𝙝𝙚𝙖𝙧𝙩.

contact / help

Contact Drowned By Locals

Streaming and
Download help

Redeem code

Report this album or account

If you like Alkisah, you may also like: